Tidak ada yang lebih menenangkan bagi hati seseorang pada kehidupan ini dari pada berbaik sangka, dengannya ia bisa terhindar dari berbagai penyakit yang membingungkan yang menyerang hati dan merusak pikiran. Sesungguhnya berbaik sangka menyebabkan kepada selamatnya hati, dan menopang ikatan kasih sayang diantara sesama, hati tidak terhinggapi rasa kebencian maupun iri dengki. Hal ini sebagai wujud dar sabda Nabi Shalallohu alaihi wa Sallam
“Hati-hatilah kalian terhadap persangkaan, dikarenakan persangkaan adalah sedusta-dustanya perkataan, dan jangan saling curiga (memata-matai) saling mencari kesalahan, saling hasud, saling membenci, dan saling membelakangi, dan jadilah kalian bersaudara……..” (HR. Bukhari).
Apabila anggota masyarakat memiliki watak mulia seperti ini, maka musuh mereka tidak akan mendekati mereka selamanya, dan tidak akan mampu menerapkan politik mereka yang sudah dikenal, yaitu; “Devide et impera” (memecah belah / adu domba) karena hati mereka saling bertautan.
Sebab-sebab yang membantu berbaik sangka
- Doa ; ia adalah pintu segala kebaikan. Nabi Shalallohu alaihi wa Sallam selalu berdoa memohon kepada Robbnya untuk memberikan hati yang bersih.
- Menempatkan diri pada posisi orang lain.Andaikan setiap kita apabila ada ucapan atau perbuatan, ia menempatkan diri pada pada posisi saudaranya, niscaya hal iti akan membawanya kepada sikap berbaik sangka kepada yang lain. Alloh Subhana wa Ta’ala telah menjelaskan hal ini dalam firmannya.
Iwöq©9 øŒÎ) çnqãKçF÷èÏÿxœ £`sß tbqãZÏB÷sßJø9$# àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNÍkŦàÿRr'Î/ #ZŽöyz (#qä9$s%ur !#x‹»yd Ô7øùÎ) ×ûüÎ7•B ÇÊËÈ
“mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata." Quran surat An-Nur ayat 12.
Alloh Subhana wa Ta’ala menggambarkan hambaNya bahwa mereka adalah eksistensi yang satu, sampai-sampai apabila seseorang bertemu dengan saudaranya kemudian mengucapkan salam, sama halnya sama halnya ia mengucapkan salam kepada dirinya. Alloh subhana wa Ta’ala berfirman.
}§øŠ©9 ’n?tã 4‘yJôãF{$# Óltym Ÿwur ’n?tã ÆltôãF{$# Óltym Ÿwur ’n?tã ÇÙƒÌyJø9$# Óltym Ÿwur #’n?tã öNà6Å¡àÿRr& br& (#qè=ä.ù's? .`ÏB öNà6Ï?qã‹ç/ ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6ͬ!$t/#uä ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6ÏRºuq÷zÎ) ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6Ï?ºuqyzr& ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6ÏJ»uHùår& ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6ÏG»¬Hxå ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNä3Ï9ºuq÷zr& ÷rr& ÏNqã‹ç/ öNà6ÏG»n=»yz ÷rr& $tB OçFò6n=tB ÿ¼çmptÏB$xÿ¨B ÷rr& öNà6É)ƒÏ‰|¹ 4 š[ø‹s9 öNà6ø‹n=tæ îy$oYã_ br& (#qè=à2ù's? $·èŠÏJy_ ÷rr& $Y?$tGô©r& 4 #sŒÎ*sù OçFù=yzyŠ $Y?qã‹ç/ (#qßJÏk=|¡sù #’n?tã öNä3Å¡àÿRr& Zp¨ŠÏtrB ô`ÏiB ωYÏã «!$# ZpŸ2t»t7ãB Zpt6ÍhŠsÛ 4 šÏ9ºx‹Ÿ2 ÚúÎiüt7ムª!$# ãNà6s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 šcqè=É)÷ès? ÇÏÊÈ
“tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu Makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” Quran surat An-Nur ayat 61
[1051] Maksudnya: rumah yang diserahkan kepadamu mengurusnya
- Membawa ucapan saudara kita kepada kemungkinan terbaik; begitulah yang diterapkan oleh generasi salaf. Umar bin Khotob berkata : “Jangan menyangka buruk terhadap ucapan saudaramu apabila masih mingkin dimaknai dengan makna yang baik!”. Lihatlah Imam Syafi’i rohimahulloh ketika sakit, sebagian saudaranya datang menjenguk, mereka berkata: “Semoga Alloh menguatkan kelemahanmu! Imam Syafi’i rohimahulloh menjawab : Andaikan semakin kuat kelemahanku niscaya akan membunuhku!”. Temannya menimpali: “Aku tidak bermaksud kecuali yang baik.” Imam Syafi’I rohimahulloh menjawab: “Aku tahu, andaipun kamu mencaciku, pasti kamu tidak bermaksud kecuali kebaikan!” Beginilah ikatan persaudaraan yang hakiki; berbaik sangka terhadap sesama, sekalipun pada lahirnya tidak mengandung kemungkinan yang baik.
- Berusaha mencarikan alasan untuk saudaranya; ketika ada ucapan atau perbuatan yang menybabkan anda gusar dan marah, berusahalah mencari alasan dan memaafkan. Ingatlah orang-orang sholeh yang selalu berbaik sangka dan selalu mencarikan alasan bagi saudarnya, sampai mereka mengatakan: “carikan untuk saudaramu alasan, sekalipun dengan 70 alasan.” Ibnu Sirin berkata: “jika sampai kepadamu berita miring tentang saudaramu, maka cobalah mencarikan uzur baginya. Jika tidak mendapatkan, maka katakanlah mungkin ia memiliki alasan. Karena ketika kamu mencarikan alasan bagi saudaramu, maka jiwamu akan terhindar dari sikap buruk sangka dan dampak buruknya, sehingga kamu tidak mencacinya.”
- Jauhi memvonis seseorang dari niatnya; ini merupakan sebab terpenting yang bisa mendatangkan sikap baik sangka, dimana ia menyerahkan masalah hati kepada Dzat yang Maha Mengetahui apa-apa yang ada di hati. Alloh Subhana wa Ta’ala tidak memerintahkan kita untuk membedah apa yang ada di hati seseorang. Mari kita jauhi sikap buruk sangka.
- Mengingat-ingat akibat dari buruk sangka. Siapa yang berburuk sangka kepada manusia, maka ia akan berada pada kemelut yang tidak akan berhenti. Semua orang yang bergaul dengannya akan terkena, apalagi orang yang terdekat. Karena kebiasaan manusia adalah berbuat salah sekalipu tanpa disengaja. Kemudian termasuk dampak buruk sangka, ia membawa seseorang selalu menuduh orang lain. Pada sisi lain ia merasa dirinya baik. Ini adalah jenis tazkitun nafsi (menilai diri bersih) yang dilaran oleh Alloh subhana wa Ta’ala dalam firmanNya.
tûïÏ%©!$# tbqç7Ï^tGøgs† uŽÈµ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur žwÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7/u‘ ßìÅ™ºur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& ö/ä3Î/ øŒÎ) /ä.r't±Sr& šÆÏiB ÇÚö‘F{$# øŒÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& ’Îû ÈbqäÜç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ( Ÿxsù (#þq’.t“è? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #’s+¨?$# ÇÌËÈ
“(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” Quran surat An-Najm ayat 32
Sesungguhnya berbaik sangka kepada manusia memerlukan perjuangan yang luarbiasa. Terlebih lagi syaiton memasuki manusia dari aliran darah, tidak pernah lelah dan putus asa untuk memecah belah antara kaum mukminin. Sebab yang paling efektif untuk mengalahkan godaan syaiton adalah berbaik sangka kepada manusia.
Semoga Alloh Subhana wa Ta’ala memberikan kepada kita hati yang bersih, dan menolong kita untuk selalu berbaik sangka kepada saudara-saudara kita. Amiin.
Disadur dari Majalah Qiblati edisi 04 tahun II “ Berbaik Sangka Hati Tenang” ditulis oleh Abdul Majid Muhammad
0 tanggapan:
Posting Komentar