LIDAHKU PEDANGKU

Minggu, 14 Februari 2010
Memang Lidah Tak Bertulang
Tak Berbekas Kata-kata…..
Tinggi Gunung Seribu Janji
LainDiBibir....LainDiHati

Ingatkah anda dengan penggalan lirik lagu “tinggi gunung seribu janji” yang dinyanyikan oleh Bob Tutopoly, atau dengan lirik lagu “janji manismu” yang dinyanyikan oleh Terry. Keduanya ada kesamaan, yakni memasang kalimat lidah tak bertulang.

Ada pepetah menyatakan “lidahmu harimaumu” atau “rusak badan karena lisan.” Pepatah tersebut menggambarkan bahwa lidah yang kita punya ini dapat menjadi senjata yang mematikan atau malah akan membahayakan diri kita sendiri.
Inilah lidah, salah satu indra yang kita miliki. Selain sebagai indra perasa, ia pun alat kita berkomunikasi. Mengungkapkan apa yang dirasa, apa yang dipikirkan melalui kata.

Pandangan Islam Tentang Menjaga Lisan
Islam agama yang sempurna, tak ada satu aspek pun dalam kehidupan penganutnya yang tak ia atur, begitu pula dalam hal menjaga lidah atau lisan. Karena itu lah Alloh Subhana wa Ta’ala berfirman

 “tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” Quran surat Ibrahim ayat 24-27

Alloh Subhana wa Ta’ala mengumpamakan perkataan yang baik dengan pohon yang baik dengan akarnya yang teguh dan cabangnya yang menjulang ke langit. Dimana pohon tersebut memberikan buah yang baik pula. Itulah yang dimaksud dengan perkataan yang baik merupakan cerminan dari karakter individu yang baik, dimana ia juga akan berprilaku santun dan diperlakukan lingkungan sekitarnya layaknya ia memperlakukan. Alloh subhana wa Ta’ala berfirman

 “tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” Quran surat Ar-Rahman ayat 60

Namun sebaliknya orang yang kurang bisa menjaga lisannya, maka akan terlihat jelas prilaku kehidupannya sehari-hari. Ia pun akan diperlakuakan lingkungannya serupa.
Rosululloh Shalallohu alaihi wa Sallam yang sangat kita ketahui kesantunan dan bagaimana beliau bertutur kata juga mengajarkan dan memerintahkan agar kita menjaga lisan kita dengan ucapan yang baik, namun jika kita tak mampu maka beliau memerintahkan agar kita diam saja.

Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Muttafaq alaih
 Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik  Muttafaq alaih
Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.

Karena itulah, marilah bersama kita jaga lisan kita. Kita jaga apa-apa yang keluar dari mulut kita agar tidak menyakiti saudara kita yang mendengarnya. Karena lisan ini akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak
 “pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” Quran surat An-Nuur ayat 24

Bahaya Lisan dan Penanggulangannya
Manusia, kitalah makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam hal memainkan kata-kata terkadang kita lalai dan menimbulkan bahaya.
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok : murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan tidak menguntungkan, dan murni menguntungkan. Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga yang mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung ruginya maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat yaitu ucapan yang menguntungkan.  Ada beberapa macam bahaya lisan antara lain:

1.     Berbicara sesuatu yang tidak perlu
Rasulullah Shalallohu alaihi wa Sallam bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At Tirmidziy
Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui segala sesuatu. Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini termasuk dalam perbuatan tercela.
Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang paling berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan diri sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut akan dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke sorga atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri senantiasa diam dari hal-hal yang tidak berguna.

2.     Berlebihan dalam berbicara
Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul” (kelebihan). Firman Allah: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia” QS.4:114.
Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy.
Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”
Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.

3.     Terlibat dalam pembicaraan yang Batil.
Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma’siyat, seperti menceritakan tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya. Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya binasa.
Rasulullah Shalallohu alaihi wa Sallam bersabda:“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” HR Ibn Majah.
Rosululloh Shalallohu alaihi wa Sallam pun bersabda:“ Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” HR Ibnu Abiddunya.
Allah Subhana wa Ta’ala menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka menjawab: “ …dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” QS. 74:45. Terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan Qur’an, Allah Subhana wa Ta’ala memperingatkan orang-orang beriman:”…maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” QS. 4:140

4.     Berbantah-bantaha atau debat kusir
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu’ (rasa tinggi hati) karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain. Rasulullah Shalallohu alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan” HR. At Tirmidziy.

5.     Pertengkaran
Jika orang yang berdebat menyerang pendapat orang lain untuk menjatuhkan lawan dan mengangkat kelebihan dirinya. Maka al khusumah adalah sikap ingin menang dalam berbicara (ngotot) untuk memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa merupakan reaksi atas orang lain, bisa juga dilakukan dari awal berbicara.
Aisyah ra berkata, Rasulullah Shalallohu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar” HR. Al Bukhariy

6.     Menekan ucapan
Maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja’ dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. HR. Ahmad.
Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.

7.     Berkata keji, Jorok, dan Caci Maki
Perkataan keji, jorok, dan caci maki disebabkan jiwa yang kotor. Hal tersebut dapat dikarenakan dampak dari lingkungan pergaulan. Rosululloh Shalallohu alaihi wa Sallam memerintahkan agar kita menjauhi perkataan keji, jorok maupun caci maki. Beliau bersabda: “Jauhilah perbuatan keji, karena sesungguhnya Alloh tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain ”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji”. HR. Ibnu Hibban. Selain itu Beliau pun bersabda“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” HR. At Tirmidziy.

8.     La’nat (kutukan)
Penyebab munculnya kutukan pada sesama manusia biasanya adalah satu dari tiga sifat berikut ini, yaitu : kufur, bid’ah dan fasik. Dan tingkatan kutukannya adalah sebagai berikut: Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga Allah mengutuk orang kafir, ahli bid’ah dan orang-orang fasik.
Kutukan dengan sifat yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah ditimpakan kepada kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi, dsb.
Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si fulan la’natullah. Hal ini sangat berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu yang telah Allah berikan kutukan seperti Fir’aun, Abu Lahab, dsb. Dan orang-orang selain yang Allah tentukan itu masih memiliki kemungkinan lain.
Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang tertentu yang tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan tercela yang haus dijauhi. Sabda Nabi :“ Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” HR At Tirmidziy
Selain itu Rosul pun bersabda “Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun jahanam” HR. At Tirmidziy. “Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan syafaat dan menjadi saksi di hari kiamat” HR. Muslim

9.     Gibah atau Menggunjing
Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama. Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: ”Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi : ”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada” HR Muslim. Al Qur’an menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri (QS. 49:12) Ghibah bisa terjadi dengan berbagai macam cara, tidak hanya ucapan, bisa juga tulisan, peragaan. dsb.

Hal-hal yang mendorong terjadinya ghibah adalah hal-hal berikut ini:
-Melampiaskan kekesalan/kemarahan
-Menyenangkan teman atau partisipasi bicara/cerita
-Merasa akan dikritik atau dcela orang lain, sehingga ia melakuakannya
-Membersihkan diri dari keterikatan tertentu
-Keinginan untuk bergaya dan berbangga, dengan mencela lainnya
-Hasad/iri dengan orang lain
-Bercanda dan bergurau, sekedar mengisi waktu
-Menghina dan meremehkan orang lain

Terapi ghibah sebagaimana terapi penyakit akhlak lainnya yaitu dengan ilmu dan amal. Secara umum ilmu yang menyadarkan bahwa ghibah itu berhadapan dengan murka Allah. Kemudian mencari sebab apa yang mendorongnya melakukan itu. Sebab pada umumnya penyakit itu akan mudah sembuh dengan menghilangkan penyebabnya.Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:
-Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi
-Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran
-Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.
-Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang
-Orang yang dikenali dengan julukan buruknya, seperti al a’raj (pincang), dst.
-Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan (mujahir)

10. Bohong dalam berbicara dan bersumpah
Berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah Shalallohu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq alaih. Beliau pun bersaabda “Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” HR Muslim.  Selain itu beliau juga memperingatkan
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” HR Abu Dawud dan At Tirmidziy.

Kesimpulan
Marilah bersama kita jaga lisan kita, dengan memperhatikan tiap kata yang terucap dan keluar dari mulut kita. Agar kita tak termasuk dalam kelompok orang-orang yang celaka. Amiin.

0 tanggapan:

Posting Komentar